Daftar Blog

Search My Blog

Jumat, 21 November 2014

Journey to the West : Jakarta - Lampung - Sumatra Selatan - Jambi - Riau - Sumatra Utara - Aceh - Sabang Part 3

Tugu Equator / Khatulistiwa Pangkalan Lesung, Riau
 Part 2

Keesokan harinya sekitar jam 6 pagi di kota Pematang Siantar saya bangun dari tidur dan melihat keluar jendela ternyata sedang hujan deras, dikarenakan waktu cuti yang akan habis dan saya harus segera tiba di Jakarta, terpaksa saya meneruskan perjalanan menuju kota Duri, Riau sambil mengenakan jas hujan. Jalur yang saya lalui dari kota Pematang Siantar menuju jalur utama Lintas Timur Sumatra dengan aspal yang lumayan baik tetapi ada berberapa titik yang longsor dan ada yang sedang dalam perbaikan sehingga antrian kendaraan membuat perjalanan saya sedikit terhambat. Tiba di jalur utama Lintas Timur Sumatra di wilayah Kisaran, hujan mulai reda tapi saya tetap mengenakan jas hujan karena cuaca masih mendung. Di Kisaran saya sempat mengisi bahan bakar sebagai persiapan melewati kawasan perbatasan Sumatra Utara dengan Riau yang jarang terdapat SPBU. Setelah melewati Kisaran, kondisi fisik saya mulai menurun dan saya harus beristirahat di mini market untuk sekedar mengisi perut. Setelah selesai mengisi perut dan akan berangkat, datang warga Kisaran yang menggunakan motor Pulsar mengajak ngobrol saya. sehingga perjalanan tertunda. Pembicaraan tidak jauh dari motor Pulsar. Saya sempat kaget karena di Kisaran tidak ada bengkel Pulsar, sehingga jika servis harus menempuh perjalanan jauh ke Medan, sekitar 4-5 Jam. Selesai mengobrol, saya langsung melanjutkan perjalanan menuju kota Duri. Tiba di Rantau Prapat cuaca mulai cerah dan menghangat, tapi saya belum melepas jas hujan, belajar dari pengalaman perjalanan dari Aceh ke Medan yang sering berhenti - henti untuk memakai dan melepas jas hujan membuat waktu banyak terbuang.Dan akhirnya sekitar jam 3 sore saya melewati perbatasan Sumatra Utara - Riau dengan kondisi panas terik, sehingga saya harus berhenti untuk melepas jas hujan di Bukit Batu, Riau dekat dengan bengkel tempat service motor saya karena masalah di pengapian pada saat keberangkatan. Cukup lama saya beristirahat karena kondisi cuaca yang sangat panas dan berdebu. sekitar 1 jam berlalu saya melanjutkan perjalanan, mengejar target sebelum gelap harus sudah sampai di kota Duri. Dan akhirnya saya tiba di kota Duri sekitar jam 6 malam, sambil mencari penginapan sepanjang jalan utama Lintas Timur. Akhirnya saya menemukan penginapan yang ekonomis dan bersih di depan salah satu mall di kota Duri.

Keesokan harinya sekitar jam 7 pagi pada saat saya mengeluarkan motor dari penginapan untuk melanjutkan perjalanan kembali, saya mendapatkan ban motor saya kempes. Terpaksa saya mencari bengkel ban sambil menuju kota Rengat yang menjadi target bermalam saya. Karena masih pagi, banyak bengkel ban yang belum buka, dan terpaksa saya melanjutkan perjalanan dengan kondisi ban yang kurang tekanan angin melalui rute Pekan Baru, Pangkalan Kerinci dan Rengat. Setelah keluar dari kota Duri, akhirnya saya menemukan bengkel ban di pinggir jalan. Tanpa berlama - lama setelah selesai mengisi angin ban belakang, saya meneruskan perjalanan. Dan ternyata tidak jauh dari bengkel ban, saya terjebak kemacetan yang sangat panjang dan lama karena sedang ada perbaikan jalan. Bahkan saya harus beristirahat di SPBU karena kendaraan benar - benar tidak bergerak dan cuaca sangat panas. Begitu kendaraan mulai bergerak sedikit, saya mulai jalan mengikut kendaraan yang mengantri menunggu giliran jalan.Cukup panjang kemacetan tersebut, sekitar 1-2 KM dengan lintasan yang naik turun seperti 'roller coaster' sehingga banyak truk trailer / truk tangki yang mengalami kesulitan dalam 'mendaki' aspal. Sedikit demi sedikit sekitar 2 jam kemudian akhirnya saya lepas dari kemacetan, dan langsung saya menambah kecepatan menuju kota Pekan Baru lalu lanjut ke Rengat. Memasuki Pekan Baru saya sempat mengisi bensin. Dan di kota Pekan Baru motor saya masuk bengkel untuk ganti oli sekaligus menyetel ulang rantai motor. Sambil menunggu selesai service, saya makan siang di sekitar bengkel. Setelah selesai semua, saya melanjutkan perjalanan ke Rengat melalui Pangkalan Kerinci. Tiba di Pangkalan Kerinci saya sempat penasaran dengan tugu Equator / tugu Khatulistiwa, saya sempat jalan pelan sepanjang jalur Lintas Timur Sumatra dari Pangkalan Kerinci sampai Rengat. Sempat beristirahat sebentar di sebuah mini market, sambil mencari info mengenai tugu Khatulistiwa tersebut. Padahal di google maps saya sedang berada tepat di garis Khatulistiwa. Info yang saya dapatkan nihil, ternyata banyak warga sekitar tidak mengetahui tugu tersebut, padahal tugu tersebut merupakan salah satu objek wisata di mana pun berada di seluruh dunia. Saya melanjutkan perjalanan dengan sangat pelan sambil mencari tugu tersebut menuju Rengat. Ternyata tidak jauh dari tempat saya beristirahat saya menemukan tugu tersebut tepat di pinggir Jalan Lintas Timur Sumatra. Tidak jauh dari Tugu Khatulistiwa tersebut akhirnya saya tiba di kota Rengat dan bermalam di tempat yang sama pada saat menuju Medan.

Akhirnya ketemu Tugu Khatulistiwa di Riau
Tepat berada di sekitar rumah warga membuat saya kelewatan untuk mampir pada saat keberangkatan
Tugu yang memisahkan bagian Utara dan Selatan Bumi, di wilayah Riau dekat dengan Rengat dan dipinggir jalan Lintas Timur Sumatra
Oil Derrick berada tidak jauh dari Tugu Khatulistiwa dan kota Rengat
Oil Derrick / Sumur minyak Pertamina di Riau
Keesokan harinya sekitar jam 5 pagi saya bersiap menuju Palembang melalui Jambi. Saya sempat mengisi bensin di Rengat sebagai antisipasi melewati perbatasan Riau dan Jambi yang jarang terdapat SPBU dan tempat dimana plat nomor saya hilang karena kena jalan yang berlubang. Setelah melewati perbatasan tersebut saya beristirahat kembali di SPBU sekitar jam 12 siang, sambil mencuci muka karena mengantuk dan setelah itu makan siang seadanya di SPBU. Sekitar jam 1 siang saya tiba di kota Jambi, saya beristirahat kembali di sebuah mini market karena fisik mulai menurun. Setelah badan membaik, saya melanjutkan perjalanan keluar kota Jambil menuju Palembang. Saya sempat mengisi bensin lagi di sekitar perbatasan kota dan kabupaten Jambi. Setelah melewati perbatasan Jambi - Sumatra Selatan di sekitar Sungai Lilin, hujan turun dengan derasnya tanpa gerimis lagi. Saya langsung menepi di warung makan di pinggir jalan, sambil menunggu hujan agak reda saya mengisi perut. Cukup lama saya meneduh, dan hujan tidak menunjukan tanda - tanda reda, akhirnya saya terpaksa memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan menuju kota Palembang sekitar jam 3 sore. Hujan turun sangat deras jarak pandang sekitar 30 meter, saya terpaksa menahan laju kendaraan agar safety. Saya sempat beristirahat di SPBU sekitar jam 5 sore. Tak lama beristirahat, saya melanjutkan perjalanan ke Palembang. Akan memasuki Betung sekitar jam 7 malam hujan akhirnya reda dan saya terkena macet parah, kali ini lebih parah dari kemacetan di Duri, Riau. Penyebabnya karena truk tangki gas meledak, dan ditambah lagi lalu lintas sangat kacau cenderung tidak bergerak sama sekali. Akhirnya saya menyerah dan menepi ke sebuah mini market, sambil melepas jas hujan dan beristirahat. Banyak warga yang juga menyerah termasuk pengendara roda 4 yang ikut mematikan mesin dan beristirahat. Kondisinya seperti sedang puncak arus mudik Lebaran. Sekitar jam 8 malam akhirnya kendaraan mulai sedikit bergerak, dan saya bersiap melanjutkan perjalanan ke kota Palembang untuk bermalam. Masuk kota Palembang sekitar jam 11 malam, karena kondisi sudah lelah, saya langsung masuk ke hotel sedapatnya untuk beristirahat.

Keesokan harinya, sekitar jam 6 pagi saya melanjutkan perjalanan menuju Jakarta melalui Kayuagung, Mesuji, Tulang Bawang, Bandar Jaya, Bandar Lampung, Bakauheni. Pagi harinya saya sempat mengisi angin di kota Palembang karena lagi - lagi ban kempes. Selesai mengisi saya langsung tancap gas ke arah Timur. Saya sempat mengantuk selepas keluar dari Kayuagung dan beristirahat sambil sarapan di sebuah mini market. Istirahat di Kayuagung penting karena persiapan akan melewati daerah Mesuji, perbatasan Lampung dan Sumatra Selatan yang sepi dan terkenal rawan. Selesai beristirahat dan melewati Mesuji, sekitar jam 1 siang saya tiba di kota Tulang Bawang. Kondisi cuaca saat itu sangat panas. Tak lama saya berhenti di Tulang Bawang, sekedar mengambil uang cash di bank dan langsung melanjutkan perjalanan untuk makan siang atau tepatnya makan sore di Bandar Jaya. Sekitar jam 2 sore saya tiba di Bandar Jaya dan langsung beristirahat dan makan siang.Sekitar jam 3 sore saya melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung. Kondisi jalan pada saat itu bergelombang, permukaan aspal tidak rata sehingga mengurangi kenyamanaan dalam menikung dan juga terdapat banyak aspal yang berlubang. Saya tiba di Bandar Lampung sekitar jam 4 sore dan sempat mengisi bensin di pinggir kota. Setelah itu perjalanan di lanjutkan tanpa berlama - lama untuk mengejar waktu sebelum gelap tiba di pelabuhan Bakauheni. Dan akhirnya saya tiba di pelabuhan Bakauheni sekitar jam 6 sore, saya sempatkan makan malam sekedar mengisi perut. Pada saat selesai makan, hujan turun dengan derasnya sehingga saya terpaksa meneduh di SPBU dengan cukup lama. Sekitar 1 jam kemudian hujan telah reda dan saya menuju Pelabuhan untuk membeli tiket dan beristirahat di kapal ferry.

Sekitar jam 11 malam saya akhirnya tiba kembali di tanah Jawa, pelabuhan Merak. tanpa berlama - lama saya menuju Jakarta melalui Cilegon, Serang. Di kota Serang saya sempat beristirahat karena kondisi fisik yang sudah lelah dan di tambah lagi ban yang lagi - lagi kempes. Sehingga saya memanfaatkan fasilitas SPBU untuk mengisi angin. Dan akhirnya sekitar jam 3 pagi saya tiba di rumah dengan selamat.

-END-

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3889521210637698"
     crossorigin="anonymous"></script>

Rabu, 19 November 2014

Journey to the West : Jakarta - Lampung - Sumatra Selatan - Jambi - Riau - Sumatra Utara - Aceh - Sabang Part 2


Danau Toba, Sumatra Utara
Part 1

Setelah tiba di pelabuhan Ulee Lheue, saya sempat berkeliling kota Banda Aceh sambil mencari penginapan dan makan. Sambil makan, saya sempatkan browsing mencari penginapan di kota Banda Aceh, setelah selesai makan saya menuju penginapan tersebut dan sempat tanya jalan kepada pengendara motor lain yang bekerja sebagai PNS dan ternyata mantan member salah satu club motor. Langsung saya diantarkan sampai ke depan hotel. Setelah selesai mengobrol, saya menuju kamar hotel untuk beristirahat.

Keesokan harinya sekitar jam 6 pagi saya bertolak menuju Danau Toba. Rencana awal bermalam di sekitar Berastagi, berhubung kondisi cuaca yang kurang bersahabat akhirnya saya bermalam di kota Medan. Pada saat saya bangun dari tidur, cuaca pada saat itu di kota Banda Aceh sedang turun hujan deras. Hingga saya memanaskan motor dan packing barang bawaan, hujan masih turun dengan deras. Karena jarak yang ditempuh cukup jauh dan saya berusaha menghindari malam, terpaksa saya menggunakan jas hujan dari penginapan. Pada saat saya tiba di Sigli, hujan telah reda dan saya beristirahat di sebuah mini market tetapi saya tidak melepas jas hujan karena langit masih mendung. Setelah selesai beristirahat saya melanjutkan perjalanan menuju Bireun, Lhokseumawe, Langsa dan Kuala Simpang dengan rute yang sama dengan keberangkatan. Memasuki Bireun cuaca sangat panas dan saya beristirahat kembali di sebuah mini market sambil makan siang dan melepas jas hujan. Setelah selesai beristirahat cukup lama, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Medan. Pada saat setelah keluar dari Lhokseumawe, hujan turun dengan deras lagi, dan saya menepi di pinggi jalan untuk langsung memakai jas hujan. Jarak pandang pada saat itu sekitar 20 meter, membuat saya harus ekstra hati - hati dan pelan, tidak jarang saya menyalakan sein selama perjalanan sebagai penanda bagi kendaraan lainnya. Setelah melewati Langsa dengan sangat pelan karena masih hujan deras, akhirnya saya tiba di Kuala Simpang sekitar jam 5 sore, dengan cuaca gerimis. Pada saat akan keluar dari kota Kuala Simpang saya merasa ada yang aneh dengan ban belakang motor. Setelah di cek ternyata ban kempes dan sepertinya bocor tipis. Cukup sulit mencari bengkel ban  pada saat akan Maghrip. Setelah tanya - tanya sama warga, dan ternyata bengkelnya tetap tutup, akhirnya saya paksakan jalan menuju Sumatra Utara. Ternyata tidak jauh setelah keluar dari kota Kuala Simpang, saya menemukan bengkel ban, langsung saya mengisi angin karena bengkel tersebut tidak bisa menambal ban tubbles. Setelah selesai mengisi angin, langit sudah gelap perjalanan di lanjutkan kembali dan kecepatan kendaraan saya tambah karena sudah tidak turun hujan dan saya tetap masih menggunakan jas hujan sebagai antisipasi kehujanan di kawasan hutan sawit perbatasan Aceh dan Sumatra Utara. Pada saat sedang berada di kawasan hutan sawit hujan turun kembali dengan derasnya dengan jarak pandang 20 meter di tambah lagi tidak ada penerangan jalan umum, membuat saya harus jalan dengan sekitar 40KPJ saja. Saya sempat cemas juga karena saya hanya memacu kendaraan dengan pelan, sendirian di hutan itu, tidak ada kendaraan yang lewat. Sedikit demi sedikit saya lewati sambil memperhatikan kanan kiri, bahkan di atas bukit di tengah hutan pun saya masih harus menerobos banjir yang cukup dalam, setinggi AP boot saya. Setelah melewati banjir, saya sempat berhenti sejenak di tengah jalan sambil mengecek mesin, beruntung motor tidak mogok dan tidak ada masalah. Perjalanan saya lanjutkan kembali hingga memasuki provinsi Sumatra Utara dan beristirahat di sebuah mini market di Pangkalan Brandan. Di Pangkalan Brandan saya beristirahat cukup lama sambil makan ayam goreng, sempat ada tukang bentor yang memberi saya nasi untuk disantap sama ayam yang saya beli, terima kasih banyak bang.. :D (kondisi pada saat itu masih turun hujan dengan deras dan sangat sulit mencari warung yang jual nasi). Setelah hujan reda dan pamit kepada tukang bentor tersebut saya melanjutkan perjalanan menuju Medan, dan tiba di penginapan sekitar jam 11 malam setelah sebelumnya beristirahat lagi di dekat Binjai.

Monumen pesawat Dakota DC 3, RI-001 yang berada di lapangan Blang Padang, Banda Aceh
Kota Banda Aceh jam 18:00 masih terang seperti jam 16:00 di Jakarta, setelah isi bensin mencari penginapan
Akan memasuki kota Langsa Aceh, Hujan terus dari Lhokseumawe Aceh sampai Pangkalan Brandan Sumatra Utara
Keesokan harinya sekitar jam 7 pagi saya bersiap menuju Danau Toba dengan rute Berastagi, Kabanjahe lalu masuk kawasan air terjun Sipiso Piso. Cuaca saat itu cerah di kota Medan, cukup sekitar 3 jam saja sampai ke Danau Toba dari kota Medan, dengan udara yang sangat segar di sepanjang Berastagi, Kabanjahe dan Danau Toba. Sepanjang perjalanan yang saya lalui, kondisi jalan sangat baik. Saya sempat beristirahat di sekitar Berastagi untuk sarapan sekaligus makan siang. Tiba di Kawasan air terjun Sipiso Piso saya parkir motor dekat dengan warung sekaligus menitip barang bawaan sama pemilik warung. Info dari pemilik warung agar saya segera turun ke bawah ke lokasi air terjun karena biasanya menjelang sore hari turun hujan. Segera saja saya turun melalui anak tangga yang cukup banyak

Sebelum memasuki kota Berastagi
Jalan lapang, udara sejuk menuju kota Berastagi
Makan pagi sekaligus makan Siang di Jl Jamin Ginting KM 54 Berastagi
Suasana alam yang sejuk di bukit Berastagi
Tempat parkir kendaraan.. Kawasan ini seperti kawasan 'puncak' nya Sumatra Utara
Uniknya dari sederatan tempat makan yang buka, hanya 1 yang menyediakan nasi, yang lainnya hanya jagung bakar, roti dan makanan ringan lainnya
Bangunan khas Tanah Karo
Monumen Berastagi
Hijau segar di Tanah Karo, tampak latar 2 gunung
Kantor Bupati Karo, sambil lewat menuju Danau Toba
Air Terjun Sipiso Piso, Danau Toba
Danau Toba, masih diluar area parkir Air Terjun Sipiso Piso
Posisinya dekat dengan loket karcis masuk kawasan air terjun Sipiso Piso
Danau Toba
Menuju ke dasar Air Terjun Sipiso Piso, Danau Toba makin jelas
Anak tangga yang harus saya lalui, kadang ada yang longsor jadi harus berhati - hati karena licin berpasir
Semakin turun , Langit mulai mendung, Info dari pemilik warung diatas, saya harus segera turun sebelum hujan
Ketinggian Air Terjun Sipiso Piso 120 meter, merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia

Danau Toba berada di dekat Terjun Sipiso Piso
Turun menuju dasar Air Terjun Sipiso Piso, terdapat rest area dengan view Danau Toba

Masih di lokasi parkir kendaraan
Danau Toba, mulai menuruni anak tangga
Air Terjun Sipiso Piso, Danau Toba

Semakin mendekati Air Terjun Sipiso Piso
Tiba di Dasar Air Terjun Sipiso Piso
Dasar Air Terjun Sipiso Piso, air mengalir menuju Danau Toba
Air Terjun Sipiso Piso, Danau Toba
Air Terjun Sipiso Piso setinggi 120 km, merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia
Air Terjun Sipiso Piso, Danau Toba
Dari sini air mengalir ke Danau Toba
Mengalir ke Danau Toba
Satu - satunya pedagang minuman yang jual di dasar air Terjun Sipiso Piso, isi tenaga persiapan naik anak tangga menuju parkir kendaraan
Tiba di parkir kendaraan Sipiso Piso, selanjutnya berkeliling komplek parkir
Danau Toba, view dari tempat parkir mobil
Dari sisi yang lain, , kondisi di Danau Toba sedang turun kabut dan akan hujan
Terdapat juga kebun tomat
Setelah selesai berkeliling, Saya sempat mengisi perut dahulu sebelum bertolak ke Jakarta dengan rute Danau Toba, Pematang Siantar, dan terus melewati jalur Jalan Lintas Timur Sumatra. Pada saat perjalanan menuju Pematang Siantar, hujan turun dengan rintik - rintik dengan kondisi aspal yang rusak bercampur dengan tanah sehingga jalan sangat licin dan saya terpaksa menurunkan kecepatan. Setelah berhasil melewati jalan rusak tersebut, hari mulai gelap, tiba - tiba baut breket lampu tembak FF75 saya patah dan hujan mulai turun dengan deras, terpaksa saya menepi di sebuah mini market sekitar 20KM sebelum memasuki kota Pematang Siantar. Setelah berhasil menggantung lampu tembak dengan seadanya, saya mengenakan jas hujan untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Pematang Siantar. Tiba di kota Pematang Siantar sekitar jam 8 malam, saya beristirahat di salah satu rumah makan sambil mencari info penginapan untuk bermalam di kota.

Tiba pertama kali di kota Pematang Siantar, langsung makan dan cari info penginapan
Dapat penginapan di jalan Cipto, losmen murmer dan bersih..!!! dan banyak makanan
Baut breket lampu tembak FF75 patah, sementara di ikat pakai kabel ties dan bertahan sampai Jakarta


Bersambung ke part 3



Reno Erasmus

Minggu, 16 November 2014

Journey to the West : Jakarta - Lampung - Sumatra Selatan - Jambi - Riau - Sumatra Utara - Aceh - Sabang Part 1

Tugu Kilometer 0 Sabang, Indonesia
Setelah yang dinanti - nanti akhirnya tiba juga, ritual setiap tahun yaitu touring lebaran 2014 yang sudah cukup lama direncanakan kira - kira dari tahun lalu setelah pulang dari Flores. Perjalanan kali ini memakan waktu sekitar 15 hari dengan santai, banyak cuti yang saya gunakan kira - kira 10 hari termasuk cuti tambahan / rapel off waktu kerja sehingga saya hanya menggunakan cuti 5 hari saja. Perjalanan kali ini saya hanya menggunakan rute Lintas Timur Sumatra saja, tidak melewati lintas Barat dikarenakan waktu libur yang terbatas.
  • Rute P. Jawa : Jakarta - Tanggerang - Serang - Cilegon - Pelabuhan Merak
  • Rute Lampung (berangkat) : Pelabuhan Bakauheni - Way Jepara - Tulang Bawang - Mesuji
  • Rute Lampung (Pulang) : Mesuji - Tulang Bawang - Bandar Jaya - Bandar Lampung - Kalianda - Pelabuhan Bakauheni
  • Rute Sumatra Selatan : Kayuagung - Palembang - Betung - Sungai Lilin
  • Rute Jambi : Kota Jambi - Kawasan Taman Nasional Bukit 30
  • Rute Riau : Rengat - Kerinci - Pekan Baru - Duri - Bukit Batu
  • Rute Sumatra Utara (Berangkat) : Kota Pinang - Rantau Prapat - Kisaran - Tebing Tinggi - Medan - Binjai - Tanjung Pura - Pangkalan Brandan
  • Rute Sumatra Utara (Pulang) : Pangkalan Brandan - Medan - Berastagi - Kabanjahe - Danau Toba - Pematang Siantar - Kisaran - Rantau Prapat 
  • Rute Aceh : Kuala Simpang - Langsa - Lhokseumawe - Bireun - Sigli - Banda Aceh - Pelabuhan Ulee Lheue
  • Rute P. Weh : Pelabuhan Balohan - Tugu 0 Km Indonesia - Iboih - Pulau Rubiah - Kota Sabang
Perjalanan dimulai pada saat malam takbiran, saya sempat kena macet di sekitar Harmoni. Muter - muter sekitar 1 jam akhirnya ketemu jalan yang tidak di tutup dan akhirnya tiba di Cimone Tanggerang setelah 3 jam berlalu. Istirahat sebentar, perjalanan langsung dilanjutkan kembali sampai Pelabuhan Merak. Tiba di pelabuhan Merak cuaca sangat cerah dan langsung beristirahat di kapal ferri. Sekitar jam 6 pagi, tiba di pelabuhan Bakauheni dan celaka langit mendung total, begitu keluar dari kapal langsung dihadapkan hujan deras disertai angin kencang. Di Pelabuhan Bakauheni sempat meneduh sebentar, begitu hujan agak reda langsung menuju SPBU yang tak jauh dari pelabuhan. Di SPBU sempat hujan deras lagi kali ini cukup lama sekitar 1 jam. Sekitar jam 8 pagi begitu hujan agak reda, perjalanan dilanjutkan kembali melalui Way Jepara yang akan tembus ke Tulang Bawang. Baru saja keluar dari SPBU dan melewati menara Siger, hujan kembali turun dengan deras. Akhirnya saya menepi di rumah warga dan memakai jas hujan karena perjalanan masih jauh dan sekaligus mengejar target waktu agar sampai Palembang sebelum gelap, mengingat kondisi lalu lintas yang terkenal rawan kejahatan.

Rute selama di pulau Jawa
Rute selama di pulau Sumatra
Tiba di Cimone, setelah terjebak macet di Jakarta
Tiba di pelabuhan Merak
Tiba di Bakauheni langsung kehujanan, terpaksa meneduh di SPBU dekat pelabuhan
Tiba di SPBU Way Jepara, langsung melepas jas hujan karena cuaca mulai panas terik
Di SPBU Way Jepara kami beristirahat cukup lama
Beristirahat di SPBU Tulang Bawang, istirahat terakhir sebelum masuk Provinsi Sumatra Selatan
Pada saat tengah siang saya akhirnya sampai di Tulang Bawang, dan saya beristirahat lagi di SPBU karena kondisi cuaca saat itu sangat panas terik. Pada sore hari perjalanan dilanjutkan kembali ke Palembang melewati Mesuji, Kayuagung dan akhirnya tiba di Palembang pas Maghrip untuk bermalam. Kondisi lintasan Mesuji ke Palembang yang bergelombang dan banyak aspal yang berlubang membuat bearing ban depan saya oblak sehingga saya tidak bisa memacu kendaraan agar lebih cepat. Keesokan harinya saya berencana untuk mengganti bearing ban depan, berhubung hari itu masih dalam perayaan Lebaran sehingga bengkel tidak ada yang buka, akhirnya perbaikan ban depan di tunda dan di perbaiki di Jambi. Pada saat tengah siang, perjalanan dilanjutkan menuju Jambi dengan rute Betung, Sungai Lilin. Selama perjalanan saya beristirahat 2 kali yang pertama di mini market dekat dengan restoran 'pagi sore' dan terakhir di SPBU sungai Lilin yang akan memasuki Provinsi Jambi. Tiba di Kota Jambi kami langsung menuju hotel untuk bermalam. Kondisi jalan sepanjang Palembang menuju Kota Jambi cukup bagus sehingga saya tidak terlalu khawatir dengan kerusakan bearing yang lebih parah.

Jembatan Ampera, Palembang
Gerbang selamat datang kota Jambi
Tiba di Kota Jambi sempat beristirahat cukup lama disini
Keesokan harinya saya mencari bengkel yang buka untuk memperbaiki bearing ban depan. Tidak jauh dari hotel tempat saya menginap saya menemukan bengkel yang buka. Sambil diperbaiki motor saya, saya mengobrol dengan pemilik bengkel yang ternyata pernah tinggal di Jakarta tidak jauh tempat tinggal saya. Sambil mengobrol, saya mencari info menuju Riau untuk bermalam di Rengat. Info yang saya dapatkan lintasan sudah bagus (di cor beton) segera saya menuju tukang tambal ban, untuk  di cek ban saya karena sedikit kempes dan ternyata ada 4 titik bocor halus, langsung saja saya minta untuk di tambal semuanya. Setelah selesai di tambal saya menuju hotel untuk bersiap menuju Rengat ( Riau ). Sekitar jam 11 siang bertepatan dengan jam check out hotel saya menuju Rengat. Jalurnya melewati sungai Batanghari dan melewati kawasan taman nasional . Sepanjang perjalanan cuaca sangat panas dengan lintasan yang berbelok - belok. Setelah melewati kawasan taman nasional tepatnya di perbatasan provinsi Jambi dengan provinsi Riau, akhirnya saya menemukan rumah - rumah penduduk. Sepanjang perjalanan memang benar lintasan sudah di cor beton, tapi ada berberapa titik yang belum di cor beton sehingga hanya di tutupi dengan batu kerikil saja, belum lagi posisi jalan yang rusak tersebut berada di posisi yang tidak terlihat ( Blind spot). Oleh karena itu saya sempat kena lubang jalan lumayan dalam yang sampai membuat plat nomor polisi belakang saya hilang dan side box berserta top box sampai terbuka dengan sendirinya. Side box yang terbuka tersebut baru saya sadari ketika beristirahat di SPBU perbatasan Jambi dan Riau, untung saja barang bawaan yang didalam box tidak jatuh. Tidak lama saya beristirahat, saya melanjutkan kembali menuju kota Rengat untuk bermalam. Sekitar 2 jam sejak beristirahat di SPBU akhirya saya tiba di kota Rengat dan saya langsung masuk ke rumah makan, sambil makan malam saya mencari info penginapan di kota Rengat. Tidak jauh dari tempat saya makan, saya dapat penginapan yang cukup murah dan bersih.

Keesokan harinya sekitar jam 7 pagi saya melanjutkan perjalanan menuju kota Duri dari Rengat dengan rute Pangkalan Kerinci, Pekan Baru, Duri. Sepanjang perjalanan, lintasan aspal lumayan bagus dengan berberapa titik yang sedang dalam perbaikan terutama di komplek Pertamina. Sebeluim berangkat saya sempat browsing untuk melihat peta jalur menuju Medan dan ternyata tidak jauh dari kota Rengat ada garis Equator / Khatulistiwa. Saya sempat mencari tahu tugu Equator untuk wilayah Riau yang tepat berada di pinggir jalan Lintas Timur Sumatra, ternyata banyak warga yang tidak mengetahui tugu tersebut. Berhubung info yang saya dapatkan sangat minim terpaksa saya mencari sendiri sambil menuju Pekan Baru dan ternyata sampai Pangkalan Kerinci pun saya tidak menemukan tugu tersebut, akhirnya perjalanan diteruskan kembali menuju Pekan Baru dan Duri.Setibanya di Duri sekitar jam 6 sore, saya pun menyempatkan diri untuk beristirahat di SPBU untuk sekedar memejamkan mata dan akan jalan kembali sekitar jam 4 atau jam 5 pagi, apalagi cuaca saat itu turun hujan cukup deras. Pada saat beristirahat di SPBU selepas kota Duri, sempat salah satu supir memberitahu agar berhati - hati karena banyaknya copet di wilayah Duri, bahkan sang supir pernah kecopetan pada saat tidur didalam truknya. Oleh karena itu saya menjadi lebih waspada, apalagi sempat ada warga lokal yang sempat mondar mandir memperhatikan saya dan ikutan beristirahat didekat saya (aneh warga lokal tidur di SPBU). Mengetahui gelagat yang kurang baik saya merapatkan semua barang bawaan terutama tank bag yang berisi gadget dan camera, dan sesekali mengawasi mereka.

Keesokkan harinya sekitar jam 4 pagi dengan kondisi yang masih ngantuk dan dingin, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Medan dengan rute Bukit Batu, Kota Pinang, Rantau Prapat, Kisaran, Tebing Tinggi. Setibanya di Bukit Batu motor saya bermasalah, mesin motor tidak mau melaju lebih dari 6000 RPM, dan akhirnya motor dipaksa jalan dengan 70 KPJ saja sampai dengan kota Bukit Batu dan masuk ke bengkel untuk perbaikan. Sekitar jam 10 pagi perbaikan motor selesai dan perjalanan dilanjutkan kembali ke Medan. Memasuki wilayah provinsi Sumatra Utara kondisi cuaca sangat panas dengan lintasan aspal yang sangat baik, berbeda dengan Provinsi Riau  yang bergelombang terutama dari Pekan Baru sampai Kota Bukit Batu. Lalu lintas di Sumatra Utara lumayan padat dan saya harus ekstra hati - hati, apalagi banyak bus, truk dan mobil yang memaksa mengambil jalur berlawanan arah untuk menyalip kendaraan didepannya, tidak jarang saya harus mengalah dan hampir masuk gravel (bahu jalan) yang cukup dalam. Pada saat sore hari menjelang Maghrip saya tiba di Tebing Tinggi, dengan kondisi badan yang lelah karena kurang tidur dan lalu lintas yang padat kadang macet, membuat saya harus menepi ke SPBU terdekat untuk beristirahat. Setelah cukup beristirahat lalu lintas sudah agak lenggang perjalanan dilanjutkan kembali menuju Medan. Sekitar 1 - 2 jam saya tiba di bandara Kuala Namu, lalu lintas pada saat itu macet sepanjang Bandara Kuala Namu hingga kota Medan. Tiba di kota Medan saya langsung menuju Istana Maimun, karena hotel tempat menginap berada di dekat dengan Istana Maimun.

Istana Maimun, Icon kota Medan
Istana Maimun, Medan
Dari penginapan ke Istana ini sangat dekat
Keesokan harinya, saya bersiap menuju Banda Aceh dengan rute Binjai, Pangkalan Brandan, Kuala Simpang, Langsa, Lhokseumawe, Bireun, Sigli dan Banda Aceh. Sebelum berangkat saya sempatkan untuk mengganti oli mesin terlebih dahulu di sekitar Binjai karena sudah mencapai sekitar 2000 Km sejak dari Jakarta. Setelah selesai Ganti Oli sekitar jam 11 siang perjalanan dilanjutkan kembali ke Banda Aceh. Lalu lintas pada saat itu padat dan cuaca sangat panas sepanjang perjalanan menuju Banda Aceh. Saya harus menepi untuk beristirahat di Pangkalan Brandan dan Kuala Simpang. Sekitar Sore hari menjelang Maghrip saya tiba di Bireun dan menepi lagi untuk mengisi perut sebagai persiapan jalan malam. Sepanjang perjalanan menuju Banda Aceh dari Bireun, penerangan jalan umum sangat minim belum lagi banyak bentor ( becak motor) yang tidak menggunakan lampu belakang sehingga membuat saya harus ekstra hati - hati. Tiba di Sigli sekitar 2 jam dari Bireun saya beristirahat lagi, waktu menunjukan pukul 9 malam dan tinggal sekali lagi melewati kawasan hutan dan sampai di Banda Aceh. Sekitar jam 12 tengah malam akhirnya saya tiba di Kota Banda Aceh. Saya di hadapkan dengan angin yang sangat kencang sebelum masuk gerbang Selamat Datang di kota Banda Aceh, sampah minuman mineral kemasan gelas dan daun yang gugur sampai bertebangan mengenai helm dan motor saya. Setelah melewati gerbang Kota Banda Aceh angin mulai reda dan langsung saya menuju mesjid Baiturrahman untuk beristirahat sambil menunggu pagi hari jadwal penyebrangan ke pulau Weh di pelabuhan Ulee Lheue.

Mesjid Baiturrahman, Icon kota Banda Aceh
halaman Mesjid Baiturrahman, Banda Aceh
Keesokan harinya sekitar jam 6 pagi, saya menuju pelabuhan Ulee Lheue, jam penyebrangan kapal sekitar jam 8 pagi. Dikarenakan saya belum tidur sejak dari Medan, maka saya mengambil tiket kelas Bisnis AC, perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam (termasuk bongkar muat) cukup untuk saya beristirahat di kapal. 2 jam berlalu akhirnya saya tiba di pelabuhan Balohan, pulau Weh. Dari pelabuhan Balohan saya langsung menuju tugu Kilometer Nol Indonesia. Sepanjang perjalanan cuaca sangat panas tapi tertutupi dengan angin yang kencang dan pemandangan sepanjang perjalanan yang 'menyejukan mata'. Kondisi lintasan sangat baik, sangat jarang ada yang berlubang dan lengkap dengan garis marka jalan yang dapat membantu untuk perjalanan malam hari.

Welcome to Weh Island
Pulau Weh, Rasanya kepengen berlama - lama disini
Pemandangan pulau Weh dari atas bukit tempat rumah makan

Rute selama di Pulau Weh
Tiket penyebrangan dari pelabuhan Ulee Lheue menuju Balohan
Menuju titik kilometer nol Indonesia, dengan pemandangan laut di pinggir jalan
Memasuki Hutan menuju titik kilometer nol Indonesia
Masih menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia, lebar jalan semakin sempit
Lintasan menuju tugu Kilometer Nol Indonesia sangat baik dengan berberapa tikungan - tikungan
Beristirahat di pulau Weh sekaligus makan siang di pinggir laut di atas bukit










Akhirnya saya tiba di titik paling barat Indonesia
Setifikat dari pemerintah kota Sabang
Posisi geografis tugu Kilometer Nol Indonesia
Warung untuk bersantai yang berada di ujung Barat Indonesia (pinggir laut lepas)
Tugu Kilometer 0 Indonesia

Menuju Pantai Iboih
Sore harinya saya bergegas menuju daerah wisata yang bernama Iboih untuk mencari penginapan karena dekat dengan pulau Rubiah. Pulau Rubiah terkenal dengan taman laut nya, konon dari info yang saya dapatkan pulau Rubiah termasuk salah satu spot underwater terbaik di Indonesia. Begitu tiba di Iboih saya sempat kaget dengan ramainya pengunjung, sehingga penginapan sudah terisi penuh semua. Dengan semangat '45 ditambah dengan tanya - tanya sama penduduk sekitar akhirnya saya mendapatkan penginapan yang berada di tempat tidak terlalu ramai dengan harga Rp 250,000.- per malam dengan kelas bungalow.

Masih di pantai Iboih, tampak latar belakang pulau Rubiah
Pantai Iboih malam hari
Pulau Rubiah dari dermaga
Pulau Rubiah, airnya sangat bening
Dermaga di pulau Rubiah
Pantai Iboih, bersiap menyebrang ke pulau Rubiah
View dari balkon penginapan di Iboih
Kapal penyebrangan ke pulau Rubiah dari pantai Iboih
Snorkling di pulau Rubiah
Di pulau Rubiah ada juga fasilitas penyewaan camera underwater seharga Rp 120,000.- termasuk guide yang mengantarkan ke tempat tersembunyi.

Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Snorkling di pulau Rubiah, airnya jernih
Pulau Rubiah sangat ketat terhadap pengunjungnya, jangan sekali - sekali buang sampah disini kalau tidak mau di marahi oleh penduduk asli
Sebagian karang di pulau Rubiah masih dalam proses pemulihan setelah terkena tsunami 2004 yang lalu
Beruntung di pulau Rubiah, tidak terlalu parah kerusakan karangnya akibat dari bencana tsunami 2004
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Taman laut di pulau Rubiah
Sore menjelang malam kami harus kembali ke penginapan di pantai Iboih
Keesokan harinya karena waktu libur akan habis dan saya harus menghitung waktu tempuh untuk pulang, saya bersiap menuju pelabuhan Balohan untuk segera kembali ke pulau Sumatra, dan berencana menginap di kota Banda Aceh sebelum meneruskan perjalanan pulang ke Jakarta dengan mampir terlebih dahulu di Danau Toba di Sumatra Utara.

Pantai Gapang yang berlokasi tidak jauh dari Iboih
Menuju pelabuhan Balohan dari kota Sabang
Dermaga di pelabuhan Balohan

Bersambung ke Part 2


Reno Erasmus